Jakarta (ANTARA) – Chairman Toyota Akio Toyoda mengklaim bahwa 27 juta mobil hybrid yang dijualnya selama 30 tahun terakhir, telah berhasil menghemat jumlah CO2 yang sama di udara setara dengan 9 juta kendaraan listrik (EV).
Sebagaimana dilaporkan Drive dari Automotive News pada Selasa (17/6) waktu setempat, penghematan CO2 yang setara dengan membangun dan mendaftarkan 9 juta EV lantaran prosesnya yang lebih sederhana dan lebih sedikit bahan yang dibutuhkan saat memproduksi baterai yang lebih kecil dalam mobil hybrid.
Ia mengklaim bahwa Jepang adalah satu-satunya negara yang mencatat penurunan emisi CO2 selama 10 tahun terakhir hingga 23 persen, yang menurutnya merupakan hasil dari popularitas mobil hybrid.
“Bagi Jepang, kami memiliki senjata kendaraan hybrid. Jadi dengan kendaraan hybrid, kami mampu mengurangi 23 persen emisi CO2 pada tahun yang sama, dan itu adalah satu-satunya negara yang mampu mencapainya,” katanya.
Baca juga: Chery Tiggo 4 Hybrid 2025 dibanderol mulai dari Rp488 juta
“(27 juta mobil) hybrid yang kami buat dan jual (sejak 1997) memiliki dampak yang sama dengan 9 juta BEV (kendaraan bertenaga baterai listrik) di seluruh dunia. Tetapi jika kami membuat 9 juta BEV di negara ini, sebenarnya akan meningkatkan emisi CO2, bukan menguranginya, karena kami mengandalkan pembangkit listrik tenaga termal,” tambahnya.
Diketahui, Toyota itu telah lama menawarkan berbagai macam powertrain mulai bensin, diesel, hybrid, listrik, dan hidrogen untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang berbeda.
Toyota juga dituduh lambat dalam meluncurkan mobil listrik, sebelum perlambatan permintaan EV dan lonjakan penjualan mobil hybrid selama 18 bulan terakhir membenarkan posisi mereka.
Produksi listrik yang dimaksud Toyoda berkaitan dengan pembangkitan listrik berbahan bakar gas alam dan batu bara yang masih digunakan di Jepang, yang mencakup lebih dari 60 persen pasokan listrik negara itu, dengan konsumsi gas menurun tetapi konsumsi batu bara meningkat.
Baca juga: Wuling janjikan New Almaz RS Pro Hybrid bernilai jual kembali tinggi
“Ketika istilah ‘netralitas karbon’ mulai populer, kami menetapkan target kami sebagai perusahaan, dengan mengatakan bahwa bagi kami, musuh adalah karbon,” kata Toyoda.
“Bagi kami, cara kami memikirkannya adalah bahwa kami tidak akan berkontribusi untuk (mencapai) netralitas karbon hanya dengan membangun BEV, tetapi kami harus fokus pada hal-hal yang dapat kami lakukan sekarang sehingga kami dapat segera mengurangi CO2 dari udara,” katanya.
Toyoda menegaskan, banyaknya kendaraan listrik yang hadir di pasar internasional memberikan pendekatan yang lebih seimbang dari produsen mobil yang telah berkomitmen untuk mengadopsi kendaraan listrik sepenuhnya atau tidak sama sekali.
“Kita tidak boleh hanya fokus pada satu pilihan, dengan mengatakan bahwa BEV akan menjadi satu-satunya pilihan yang bisa diambil. Kita harus melihat semua pilihan yang ada dan bekerja ke segala arah,” katanya.
Baca juga: Hyundai Palisade Hybrid baru tawarkan efisiensi dan kenyamanan
Baca juga: Honda HR-V hybrid hanya akan dipasarkan di Indonesia
Baca juga: MPV hybrid GAC AION E9 muncul di pabrik Purwakarta
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
