Olahraga

Sosok Romano Mussolini: Antara sepak bola dan jejak fasisme Italia

×

Sosok Romano Mussolini: Antara sepak bola dan jejak fasisme Italia

Sebarkan artikel ini



Jakarta (ANTARA) – Nama Romano Floriani Mussolini kembali mencuat jelang musim kompetisi Serie A Liga Italia 2025/2026. Cicit dari diktator fasis Italia Benito Mussolini itu berpotensi menjalani debutnya di kasta tertinggi sepak bola Italia bersama klub promosi, Cremonese.

Pemain berusia 22 tahun itu resmi bergabung ke Cremonese dengan status pinjaman dari Lazio untuk satu musim penuh, disertai opsi pembelian permanen. Romano dikenal sebagai pemain serba bisa yang dapat beroperasi di posisi bek kanan maupun gelandang kanan. Meski membawa nama belakang yang kontroversial, sang pemain menegaskan bahwa dirinya ingin dikenal karena kemampuannya di atas lapangan, bukan dari silsilah keluarganya.

“Saya ingin memperlihatkan apa yang bisa saya lakukan dan memberi bukti bahwa saya punya nilai,” ujar Romano dalam konferensi pers perdananya di Cremonese, dikutip dari kantor berita Italia, ANSA, Kamis (24/7).

Baca juga: Juventus datangkan bek kanan Joao Mario dari Porto

Jejak dan perjalanan karier profesional

Romano Mussolini lahir di Roma pada 27 Januari 2003. Ia mengawali perjalanan sepak bolanya dari akademi AS Roma hingga 2016, sebelum kemudian menyeberang ke akademi Lazio. Pada 2022, ia resmi dipromosikan ke skuad utama Lazio, namun belum pernah mencatatkan penampilan di tim utama hingga kini.

Untuk menambah jam terbang, Lazio akhirnya meminjamkannya ke klub Serie C, Pescara, pada musim 2023/2024. Setahun kemudian, ia bermain di Serie B bersama Juve Stabia dan mencetak gol pertamanya pada Desember 2024. Selama masa peminjaman, ia cukup sering mendapat menit bermain meski belum berhasil menembus tim utama Lazio.

Musim ini, ia kembali dipinjamkan, kali ini ke Cremonese yang baru saja promosi ke Serie A. Bersama klub barunya, Romano berharap dapat menunjukkan perkembangan signifikan dan akhirnya membuktikan dirinya layak bermain di level tertinggi.

Kontroversi nama “Mussolini”

Membawa nama belakang Mussolini bukanlah hal yang mudah di Italia. Sejarah kelam fasisme di bawah kepemimpinan Benito Mussolini masih menyisakan luka dan trauma bagi sebagian masyarakat Italia. Maka tidak mengherankan jika kehadiran Romano di lapangan kerap disertai sorotan tajam.

Pada Desember 2024 lalu, Romano mencetak gol untuk Juve Stabia yang memicu kontroversi. Penyiar stadion saat itu menyebut nama depannya tujuh kali, yang kemudian disambut dengan sorakan “Mussolini” oleh sejumlah suporter. Beberapa laporan menyebut adanya gestur “Roman Salute” yang diasosiasikan dengan simbol fasis, meskipun pihak klub membantah keras tuduhan tersebut.

Menanggapi kontroversi itu, Romano menyatakan bahwa pembicaraan soal marga yang disandangnya tidak membawa manfaat dan justru mengalihkan perhatian dari performanya sebagai pesepak bola.

“Nama keluarga bukan persoalan bagi saya. Namun, akan semakin baik jika semakin sedikit dibicarakan,” ujarnya.

Baca juga: AC Milan dikabarkan lepas Emerson Royal ke Flamengo

Latar belakang keluarga

Romano adalah putra dari Alessandra Mussolini, seorang politisi Italia yang juga cucu dari Benito Mussolini. Ayahnya, Mauro Floriani, merupakan seorang polisi. Ia menggunakan nama gabungan dari kedua orang tuanya, yakni Floriani dan Mussolini, yang disusun secara fleksibel berdasarkan kesepakatan keluarga.

Pengecualian ini disetujui oleh pihak berwenang sipil dan gereja di Italia, karena pada masa itu, nama keluarga anak hanya mengikuti nama ayah. Baru pada 2022, Mahkamah Konstitusi Italia memutuskan bahwa anak-anak harus diberikan nama keluarga dari kedua orang tua, menandai reformasi besar dalam aturan sipil negara tersebut.

Menariknya, selama memperkuat Juve Stabia, Romano memilih mengenakan nama “F. Mussolini” di bagian belakang kostumnya, sebuah pilihan yang tetap mengundang perhatian, baik dari media maupun publik.

Meskipun tidak bisa sepenuhnya menghindari bayang-bayang masa lalu keluarganya, Romano Mussolini berusaha membangun identitasnya sendiri sebagai seorang atlet profesional. Dengan bergabungnya ia ke Cremonese untuk tampil di Serie A musim ini, Romano memiliki kesempatan besar untuk membuktikan kualitasnya di level tertinggi sepak bola Italia.

“Saya ingin menunjukkan apa yang bisa saya lakukan dan membuktikan nilai saya,” tegasnya.

Romano kini berada di persimpangan penting kariernya. Antara nama besar yang diwariskan dan cita-cita pribadi sebagai pesepak bola profesional, Romano memilih fokus pada kerja keras, konsistensi, dan prestasi sebagai cara untuk dikenal publik—bukan sekadar dari nama belakangnya.

Baca juga: Juventus perpanjang kontrak Federico Gatti hingga 2030

Baca juga: Gelandang tim juara Liga Italia perkuat Cagliari

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

liburan ke jepang bang opang ini pun terwujud berkat hujan wild mahjong waysberhasil untung 100juta dari mahjong wins mas anto semakin yakin pakai tombol gacorslot gacor