Otomotif

Jepang kembangkan bahan bakar alternatif dari kayu hingga kertas

×

Jepang kembangkan bahan bakar alternatif dari kayu hingga kertas

Sebarkan artikel ini


Jakarta (ANTARA) – Sejumlah produsen mobil asal Jepang mengambil jalur berbeda dari tren elektrifikasi kendaraan, yakni mencoba mengembangkan bahan bakar alternatif dari biomassa non-pangan seperti kayu hingga kertas daur ulang.

Melansir Carscoops, Kamis (10/7), merek-merek seperti Nissan, Mazda, Subaru, dan Toyota, bekerja sama dengan perusahaan energi ENEOS mengembangkan bahan bakar sintetis rendah karbon yang akan diuji coba pertama kali di ajang balap Super Taikyu Jepang, khususnya di kelas ST-Q.

Dalam jangka panjang, bahan bakar jenis ini juga ditargetkan bisa digunakan pada model mobil yang digunakan sehari-hari.

Baca juga: BRIN paparkan capaian inovasi bahan bakar dari limbah plastik CN 54

Berbeda dari etanol konvensional seperti E85 yang berasal dari jagung atau tebu, bahan bakar yang dikembangkan ENEOS mengandalkan biomassa nonpangan sebagai bahan baku utama. Artinya, bahan-bahan seperti kayu, rumput liar, hingga kertas daur ulang dimanfaatkan untuk menghasilkan etanol, yang kemudian dicampur dengan bensin biasa.

Pendekatan itu dipilih karena biofuel (bahan bakar nabati) berbasis pangan menghadapi persoalan keterbatasan lahan pertanian dan persaingan dengan kebutuhan pasokan makanan sehingga produksinya tidak bisa ditingkatkan tanpa risiko.

Dengan mengolah limbah nonpangan, Jepang berharap dapat menciptakan bahan bakar ramah lingkungan yang lebih berkelanjutan.

“Untuk memangkas emisi lebih jauh, kita harus mengurangi CO₂ yang dihasilkan dari bahan bakar cair yang digunakan kendaraan. Oleh karena itu, kami mendorong riset dan pemanfaatan e-fuels, bahan bakar sintetis, dan bahan bakar nabati seperti yang digunakan di Super Taikyu hari ini,” kata Chief Technology Officer ENEOS Yuichiro Fujiyama.

Para pabrikan otomotif di Jepang juga merujuk pada kesuksesan Brasil sebagai contoh. Di sana, kendaraan dengan teknologi flex-fuel atau bahan bakar campuran sangat umum digunakan dan etanol dari tebu bisa didapatkan dengan harga lebih murah dibandingkan bensin berkat subsidi pemerintah.

Meski demikian, ENEOS menyebut bahwa subsidi bukanlah kunci utama untuk mendorong penggunaan bahan bakar nabati.

“Faktor terpenting adalah apakah masyarakat mau berkontribusi dalam mencegah pemanasan global, bahkan jika itu berarti harus membayar lebih mahal,” kata Fujiyama.

Sementara itu, CTO Subaru Tetsuo Fujinuki menyampaikan bahwa diversifikasi bahan bakar adalah hal yang penting.

“Mobil itu produk yang memikat. Karena itu, kita perlu menghadapi tantangan lingkungan seperti emisi dan netralitas karbon dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah melalui bahan bakar karbon netral,” ujar Fujinuki.

Baca juga: Semen Indonesia gunakan 2 juta ton bahan alternatif tekan emisi karbon

Baca juga: Profesor ITS kembangkan biofuel dari campuran biomassa dan plastik

Baca juga: Peneliti BRIN jelaskan pemanfaatan bahan bakar etanol di mancanegara

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

tak perlu capek cuci ac lagi kang danang sukses maxwin ekstrim di mahjong wins 3 dan liburan ke thailanddapat jp menggelegar di mahjong ways teknisi listrik ini sukses beli mobil barufitur keren mahjong wins jackpot 30 juta dalam sekejapmomen finansial stabil berkat mahjong wins tiap harislot gacor