Jakarta (ANTARA) – Olahraga panjat tebing bukan hanya sekadar aktivitas fisik yang menantang, tetapi juga sarana melatih keberanian, fokus, dan ketahanan mental. Dikenal sebagai salah satu olahraga ekstrem, panjat tebing mengharuskan seseorang untuk menaklukkan dinding atau tebing bebatuan dengan sudut kemiringan dengan tingkat kesulitan tertentu, dengan menggunakan kekuatan tubuh serta teknik yang tepat.
Meski terdengar menegangkan, olahraga ini justru kian digemari karena mampu memberikan sensasi petualangan yang tak terlupakan. Sebelum mencoba, ada baiknya mengenal lebih jauh apa itu panjat tebing serta berbagai jenisnya yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan minat masing-masing.
Untuk selengkapnya, simak penjelasannya berikut ini yang telah dilansir dari berbagai sumber.
Baca juga: EIGER komitmen kembangkan olahraga panjat tebing di Indonesia
Pengertian olahraga panjat tebing (climbing)
Secara umum, olahraga panjat tebing dilakukan di permukaan dinding atau tebing batuan yang memiliki sudut kemiringan dan tingkat kesulitan tertentu. Tidak hanya mengandalkan teknik, aktivitas ini juga memerlukan perlengkapan khusus demi menjaga keselamatan pemanjat selama beraksi.
Panjat tebing atau climbing adalah kegiatan menantang yang bertujuan mencapai titik tertinggi dengan cara memanjat, baik pada tebing alami, bongkahan batu besar, maupun struktur buatan.
Dalam praktiknya, olahraga ini terbagi menjadi dua jenis utama, yakni trad climbing (panjat tebing tradisional) dan free climbing (panjat bebas). Trad climbing merupakan jenis panjat tebing yang biasanya dilakukan di alam terbuka dengan fokus membuka atau melewati jalur panjat, baik yang sudah ada maupun yang benar-benar baru.
Karena itu, pemanjat perlu membawa berbagai perlengkapan, seperti carabiner, alat pengaman sisip, pasak, hingga tangga webbing untuk membantu dalam pemasangan jalur.
Baca juga: Pelatih: Kiromal dkk sudah usaha maksimal di tengah pemulihan cedera
Jenis-jenis panjat tebing
Bagi pecinta olahraga ekstrem, panjat tebing bisa menjadi salah satu pilihan menarik yang patut dicoba. Dalam praktiknya, olahraga ini memiliki beragam jenis. Sebelum mulai menekuni-nya, ada baiknya Anda memahami terlebih dahulu macam-macam panjat tebing yang ada. Untuk itu simak penjelasannya berikut ini
1. Free climbing (panjat tebing bebas)
Free climbing adalah teknik panjat tebing di mana pemanjat hanya mengandalkan kekuatan tubuh, seperti tangan dan kaki, untuk bergerak naik. Aktivitas ini bisa dilakukan di tebing alami maupun dinding panjat buatan. Peralatan keselamatan seperti tali tetap digunakan, namun fungsinya hanya sebagai pengaman jika pemanjat terjatuh, bukan sebagai alat bantu saat memanjat.
2. Bouldering climbing (panjat tebing)
Bouldering merupakan jenis panjat tebing yang dilakukan tanpa menggunakan tali dan biasanya hanya menempuh jalur pendek. Sebagai pengaman, pemanjat menggunakan matras khusus atau crash pad untuk menghindari cedera jika terjatuh. Jenis panjat ini bisa dilakukan di tebing alam atau dinding buatan, baik di dalam ruangan maupun luar ruangan.
3. Speed climbing (kecepatan memanjat tebing)
Sesuai dengan namanya, speed climbing menekankan kecepatan dalam mencapai puncak. Jenis ini tergolong ekstrem dan berisiko tinggi, sehingga hanya disarankan bagi mereka yang sudah berpengalaman dan memahami medan panjat dengan baik.
Selain kecepatan, teknik dan keselamatan tetap menjadi faktor utama. Salah satu tokoh terkenal dalam speed climbing adalah Ueli Steck dari Swiss, yang dikenal berkat rekor pendakian-nya di Pegunungan Alpen, meski akhirnya meninggal saat mendaki Everest tanpa bantuan oksigen.
Baca juga: FPTI dapat satu tambahan kuota atlet lead di kompetisi dunia
4. Rock climbing (panjat tebing batu)
Rock climbing adalah salah satu jenis panjat tebing yang paling dikenal dan banyak dilakukan di Indonesia. Aktivitas ini biasanya dilakukan di tebing batu alami dan membutuhkan perlengkapan lengkap seperti tali kernmantel, harness, carabiner, ascender, palu, hingga hanger. Beberapa lokasi populer untuk rock climbing di Indonesia antara lain Gunung Parang, Gunung Kelud, dan Tebing Citatah.
5. Lead climbing (memimpin panjat tebing)
Dalam lead climbing, pemanjatan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Pemanjat pertama bertugas memasang alat pengaman di sepanjang jalur panjat, sementara pemanjat berikutnya terhubung melalui tali.
Sistem ini menggunakan harness dan terhubung ke belayer yang bertugas menahan pemanjat jika terjadi jatuh. Lead climbing bisa dilakukan di tebing alam maupun di dinding panjat buatan.
6. Top rope climbing (panjat tali ke atas)
Top rope climbing adalah pilihan yang ideal bagi pemula. Dalam teknik ini, tali pengaman sudah dipasang dari atas melalui sistem anchor, dan pemanjat terhubung langsung ke belayer di bawah. Karena tali sudah tersedia dan dikendalikan oleh belayer, pemanjat bisa lebih fokus pada gerakan tanpa terlalu khawatir akan jatuh.
7. Free soloing (panjat tebing solo bebas)
Free soloing adalah bentuk panjat tebing paling berisiko karena dilakukan sendirian tanpa tali maupun perlengkapan pengaman. Pemanjat benar-benar hanya mengandalkan kemampuan fisik dan mental dalam menaklukkan tebing. Karena tingkat bahayanya sangat tinggi, jenis ini tidak disarankan bagi pemula.
Baca juga: Menpora sebut IFSC ingin Indonesia tuan rumah kejuaraan selanjutnya
Baca juga: Desak Rita dan Kadek Asih pasang target tembus Olimpiade 2028
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025